Monday, October 12, 2009

bentuk salam

Bentuk SalamBentuk salam mesti sesuai dengan yang disunnahkan Rasulullah saw. Kata Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Ketika Allah menciptakan Nabi Adam r.a. yang tingginya enam puluh dzira (dari ujung jari hingga siku), Allah berfirman, ‘Pergilah, dan ucapkanlah salam kepada mereka -sejumlah malaikat yang sedang duduk-lalu didengarkanlah apa jawaban mereka terhadap salamu itu.’ (Jawaban mereka) itu adalah ucapan salam kamu dan salam keturunanmu. Lalu ia mengucapkan, assalaam ‘alaikum. Dan mereka pun menjawab, assalaamu ‘alaikum wa rahmatullahi, jadi mereka, para malaikat, itu menambahkan wa rahmatullahi.”Sedangkan Muhammad bin Amr bin ‘Atha berkata, aku pernah duduk dekat Ibn Abbas r.a. lalu ada orang Yaman yang mengucapkan salam kepadanya. Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh –semoga salam sejahtera dari Allah kepadamu beserta rahmat dan berkah-Nya– lalu ia pun masih menambahkan sesuatu setelah (kata wa barakaatuh) itu. Ibn Abbas r.a. mengatakan -ia ketika itu telah buta-”Siapa itu?” Mereka -sahabat-mengatakan, “Itu adalah orang Yaman yang datang berkunjung kepadamu.” Lalu mereka mengenalkan orang Yaman tersebut kepadanya. Lalu Ibn Abbas r.a. berkata, “Sesungguhnya salam itu selesai sampai al-barakah.”Jabir bin Sulaim Al-Hujaimi bercerita bahwa ia pernah mendatangi Rasulullah saw. dan mengucapkan, “‘Alaikassalaam, ya Rasulullah.” Rasulullah saw. bersabda, “Jangan mengucapkan ‘alaikassalaam, sebab kata-kata ‘alaikassalaam itu ucapan selamat (bagi) mayit. Jika engkau mengucapkan salam, maka ucapkanlah salaam ‘alaika sehingga yang menjawab akan mengatakan ‘alaikassalaam.”Dalam Jami’ al-Ushuul fii Ahaadits ar-Rasuul, Ibnu Atsir mengatakan, sesungguhnya assalamu ‘alaika merupakan ucapan selamat (bagi) mayit. Diperkirakan bahwa yang disunahkan dalam memberikan salam kepada mayit adalah ‘alaikumussalam sebagaimana dikatakan dan dilakukan oleh banyak orang awam. Ada riwayat yang cukup kuat bahwa Nabi Muhammad saw. mendatangi kuburan seraya mengucapkan salam. Ia mengucapkan, assalaamu ‘alaikum, wahai ahli kubur dari kaum mukminin. Dalam salam yang diucapkan Rasulullah saw. tersebut kata as-salaam disebutkan sebelum menyebutkan orang yang didoakan, sebagaimana salam untuk orang-orang yang masih hidup. Mengapa Rasulullah saw. melakukan hal itu?Hal itu menjadi isyarat darinya tentang sesuatu yang menjadi tradisi salam (ucapan selamat) untuk orang yang telah meninggal. Sebab mereka, para sahabat, pernah mendahulukan nama mayit sebelum berdoa. Menurut sunnah Nabi, tidak ada bedanya antara salam bagi yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal. Ini berkaitan dengan kebaikan.Adapun yang berhubungan dengan keburukan dan kejahatan, justru tradisinya adalah mendahulukan orang yang didoakan sebelum mengucapkan “selamat”. Sehingga mereka (mesti) mengatakan, ‘alaika la’natullah -semoga kutukan Allah atasmu–, wa ‘alaihi ghadhabullah -semoga murka Allah atasnya–. Perhatikan firman Allah swt., “Dan sesungguhnya atasmu laknat-Ku sampai hari pembalasan.” (Shad: 78). Dan berkenaan dengan salam itu ada dua logat, salaamun ‘alaikum dan assalaamu ‘alaikum.

No comments:

Post a Comment